Memeluk dalam Empati
Di sebuah kota kecil yang damai, hiduplah seorang wanita bernama Maya. Dia adalah seorang guru sekolah dasar yang penuh kasih dan penuh dengan rasa empati. Maya selalu terbuka untuk mendengarkan dan membantu siapa pun yang membutuhkannya. Baginya, empati bukan hanya kata-kata, tetapi merupakan sebuah perasaan yang dalam yang selalu menggerakkan hatinya.
Suatu pagi, ketika Maya sedang menuju sekolah, dia melihat seorang anak laki-laki duduk sendirian di tepi jalan. Anak itu terlihat cemas dan kesepian. Tanpa ragu, Maya mendekat dan duduk di sampingnya.
"Apakah kamu baik-baik saja?" tanya Maya dengan penuh kehangatan.
Anak laki-laki itu menoleh ke arahnya dengan ekspresi sedih di wajahnya. "Saya tersesat, Bu," jawabnya dengan suara kecil. "Saya tidak tahu bagaimana pulang ke rumah."
Maya merasa rasa empati yang dalam terhadap anak itu. Dia mengulurkan tangannya, menggenggam tangan kecil si anak, dan berkata, "Jangan khawatir, saya akan membantumu pulang. Bagaimana kalau kamu memberitahu saya nama dan alamatmu?"
Anak laki-laki itu memberikan informasi yang diperlukan, dan Maya merasa lega. Dia menghubungi orang tua anak itu dan menjelaskan situasinya. Orang tua anak itu merasa sangat berterima kasih atas kebaikan hati Maya dan segera datang untuk menjemput anak mereka.
Keesokan harinya, Maya berada di sekolah dan mengajar dengan penuh semangat. Saat berinteraksi dengan murid-muridnya, Maya selalu berusaha melihat dunia dari sudut pandang mereka. Dia sadar bahwa setiap anak memiliki keunikan dan tantangan yang berbeda.
Salah satu muridnya, seorang gadis kecil bernama Anna, tampak murung dalam beberapa minggu terakhir. Maya merasa ada yang mengganggu gadis itu dan memutuskan untuk mendekatinya setelah pelajaran selesai.
"Dapatkah saya membantu kamu, Anna?" tanya Maya dengan lembut.
Anna menatap Maya dengan mata penuh air mata. "Saya sedang dijahili teman-teman sekelas, Bu," kata Anna sambil menahan tangisnya. "Mereka mengatakan hal-hal buruk tentang saya dan membuat saya merasa tidak berharga."
Maya merasa sedih mendengar pengalaman Anna. Dia mengerti betapa pentingnya merasa diterima oleh teman-teman sebaya, jadi dia mengambil Anna ke ruang guru dan menghabiskan waktu bersamanya. Maya mendengarkan curhatan Anna dengan penuh perhatian dan memberikan nasihat yang bijaksana.
Beberapa minggu kemudian, Anna terlihat berbeda. Dia tersenyum lagi dan bersinar dengan kepercayaan diri yang baru. Teman-temannya juga berubah sikap, karena Maya telah membangkitkan rasa empati dalam diri mereka melalui cerita Anna.
Sumber foto: https://alif.id/read/afifah-ahmad/ngaji-rumi-membangun-empati-dari-imajinasi-b212807p/
Komentar
Posting Komentar