Muak
Di tengah riuhnya kehidupan dunia,
Terpendam dalam hati, rasa yang meluap,
Marah, ia bernama yang tak terduga,
Menggelegar bagai ombak yang tak terbendung.
Seperti api yang berkobar dalam relung jiwa,
Rasa marah menyala, membara dalam sanubari,
Menghantam hati dengan kilatan cahaya,
Menyengat, melukai, tiada terkira.
Marah memunculkan badai dalam diri,
Gelap gulita melingkupi pandangan mata,
Kata-kata tajam menusuk, seperti silet berbisa,
Tersapu oleh angin, meresap dalam relung jiwa.
Namun di balik gemuruh yang tak terkendali,
Tersembunyi pesan yang ingin disampaikan,
Marah adalah panggilan untuk keadilan,
Suara yang berontak, tak ingin ditindas oleh duka.
Marah adalah cerminan ketidaksetiaan,
Terhadap nilai-nilai yang dianiaya,
Dalam kebenaran ia mencari pemulihan,
Agar keadilan dan kedamaian terwujud, menjadi nyata.
Hati yang marah adalah hati yang hidup,
Tanda bahwa masih peduli dengan segala hal,
Namun marah haruslah bijak, tak terus terjerat,
Dalam kebijaksanaan, ia menemukan jalan yang jauh lebih terang.
Jadilah marah penguat diri yang tegar,
Sebagai pelecut semangat yang menggebu,
Berjuang untuk perbaikan dunia yang tulus ikhlas,
Karena marah tak selamanya membawa keburukan, tetapi juga kebaikan yang baru.
Sumber foto: https://www.medcom.id/rona/kesehatan/nbwqa1BK-beberapa-alasan-munculnya-kemarahan-secara-terus-menerus
Komentar
Posting Komentar